METODE
PENELITIAN STUDI KASUS DALAM PENELITIAN KUALITATIF
Auliya Akbar
Rahmatullah[1]
Zaimatuz
Zakiyah[2]
Abstrak
Sebagai suatu
metode penelitian, studi kasus kerap digunakan dalam penelitian kualitatif
dimana dalam pelaksanaannya peneliti berupaya untuk menguraikan secara
komprehensif dan mendalam tentang individu, kelompok, program, organisasi, atau
fenomena-fenomena lainnya yang ada dalam kehidupan nyata. Tujuan artikel ini
adalah untuk memberikan konsep dasar studi kasus berupa pengertian, ciri-ciri,
dan macam-macamnya, kemudian langkah-langkah, contoh, serta kelebihan dan
kekurangan studi kasus berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan oleh para
ahli. Tulisan ini secara khusus akan membahas studi kasus yang digunakan dalam
penelitian kualitatif. Sebab, pada realitanya studi kasus juga dapat diterapkan
dalam penelitian kuantitatif, yaitu penelitian ex post de facto. Artikel ini akan membantu para peneliti,
khususnya peneliti pemula untuk mengenali metode penelitian studi kasus,
sehingga mereka mempunyai bekal yang cukup ketika melakukan penelitian.
Kata kunci:
Metode Penelitian, Studi Kasus, Kualitatif.
Pendahuluan
Metode penelitian studi kasus
memperoleh banyak kritik karena anggapan yang menyatakan bahwa analisis metode
penelitian ini lemah, tidak objektif, penuh bias, dan sangat berbeda dengan
beberapa metodologi penelitian dalam penelitian kuantitatif yang menganalisis
datanya menggunakan statistik. Namun demikian, metode penelitian studi kasus
tetap digunakan khususnya dalam studi ilmu sosial da terapan, salah satunya
pendidikan.
Disamping itu, metode ini semakin
meluas digunakan oleh para peneliti untuk kebutuhan skripsi, tesis, bahkan
disertasi karena dengan metode ini, peneliti dapat mengeksplorasi dan
mengelaborasi suatu kasus secara komprehensif dan mendalam. Oleh karena itu,
peneliti pemula dianjurkan untuk mendalami metode penelitian studi kasus untuk
mempeluas wawasan. Dengan berbagai alasan tersebut, maka peneliti pemula perlu
mengetahui metode penelitian studi kasus baik secara konseptual maupun
prosedural.
Pembahasan
1.
Konsep Dasar
Penelitian Studi Kasus
1.1 Pengertian Penelitian Studi Kasus
Istilah Studi Kasus berasal dari terjemahan
bahasa Inggris , yaitu A Case Study atau Case Studies. Dalam Oxford
Advanced Learner’s Dictionary of Current English, kata case berarti 1)
contoh kejadian sesuatu 2) kondisi aktual dari keadaan atau situasi, dan 3)
lingkungan atau kondisi tertentu tentang orang atau sesuatu.[3]
Menurut para ahli, Penelitian Studi Kasus memiliki pengertian
sebagai berikut:
a.
Prof. Dr. Robert K. Yin[4]
Dalam karyanya yang
berjudul “Studi Kasus: Desain dan Metode”, Robert K. Yin menuliskan bahwa
penelitian Studi Kasus adalah penelitian yang berupaya untuk menyelidiki suatu
fenomena di dalam konteks kehidupan nyata apabila batas-batas antara fenomena
dan konteks tersebut tidak tampak jelas dan multi sumber data yang ada dapat
dimanfaatkan sebagai instrumen pengumpulan data. Ia juga membedakan antara penelitian Studi Kasus dengan
penelitian Eksperimen dan penelitian Survei.
Penelitian Eksperimen dengan sengaja memisahkan antara fenomena dengan
konteksnya agar penelitian dapat difokuskan ke dalam beberapa variabel. Penelitian
Survei membahas fenomena dan konteks, akan tetapi konteks yang diteliti
sangatlah terbatas karena peneliti membatasi jumlah variabel yang dianalisis dan
pertanyaan yang terdapat dalam survei pun terbatas.
b.
Mulyana[5]
Menurutnya, Penelitian
Studi Kasus adalah penelitian dimana peneliti berupaya secara seksama dengan
berbagai cara mengkaji sejumlah besar variabel mengenai suatu kasus khusus.
Dengan mempelajari semaksimal mungkin seorang individu, suatu kelompok, atau
suatu kejadian, peneliti bertujuan memberikan uraian yang lengkap dan mendalam
mengenai subyek yang diteliti.
c.
M. Hariwijaya[6]
Studi Kasus adalah
metode penelitian yang menggunakan sebanyak mungkin data yang bisa digunakan
untuk meneliti, menguraikan dan menjelaskan secara menyeluruh tentang individu,
kelompok, suatu program, organisasi, atau peristiwa secara sistematis.
Penelitian ini
menggunakan berbagai instrumen pengumpulan data, yaitu: 1) wawancara,
2)observasi 3) dokumentasi, 4) kuisioner (hasil survei), 5) rekaman, 6)
bukti-bukti fisik, dan lain sebagainya.
Jadi, dapat
disimpulkan bahwa penelitian Studi Kasus adalah penelitian yang komprehensif
tentang individu, kelompok, program, organisasi, atau fenomena-fenomena yang
ada dalam kehidupan nyata dengan menggunakan berbagai instrumen pengumpulan
data untuk menguraikan secara lengkap dan mendalam tentang subyek yang diteliti.
1.2 Ciri-Ciri Peneltian Studi Kasus[7]
a
Partikularistik
Penelitian ini terfokus pada situasi, peristiwa, program dan
fenomena tertentu.
b
Deskriptif
Hasil penelitian ini merupakan deskripsi detail dari topik yang
diteliti.
c
Heuristik
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan interpretasi,
prespektif, dan makna yang baru sehingga membantu khalayak memahami apa yang
sedang diteliti.
d
Induktif
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fakta yang terjadi di
lapangan, lalu disimpulkan dalam konsep ataupun teori.
1.3 Macam-Macam Penelitian Studi Kasus
Menurut
Endraswara, penelitian studi kasus dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Studi
Kasus Retrospektif yang bersifat kuratif dan memungkinkan adanya tindak lanjut
untuk memberbaiki suatu kasus. Tindak lanjut ini tidak harus dilakukan oleh
peneliti, tetapi bisa dilakukan oleh yang lebih berkompeten, 2) Studi Kasus
Prospektif yang diperlukan untuk menemukan kecendrungan dan arh perkembangan
suatu kasus. Tindak lanjutnya adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh
pihak yang berkompeten.[8]
a.
Pemilihan tema, topik dan kasus. Kasus
bisa diperoleh dari hasil pengamatan peneliti, pengalaman, buku, majalah
ilmiah, koran, mengikuti pertemuan ilmiah, diskusi, dan lain sebagainya.
setelah sumber-sumber bacaan diperoleh, peneliti membacanya untuk menetukan
tema besar penelitian. Dari tema tersebut akan terbentuk sebuah topik. Topik
ditentukan untuk mendapatkan objek kajian, lalu terbentuklah judul penelitian.
Kasus yang harus menjadi pertimbangan peneliti antara lain: 1) hakikat kasus,
2) latar belakang terjadinya kasus, 3) setting fisik kasus 4) konteks yang
berhubungan dengan kasus, baik itu dari aspek ekonomi, politik, sosial, dan
lain-lain, 5) kasus lain yang berhubungan, 6) informasi yang mendukung.
b.
Pembacaan literatur. Langkah ini
penting untuk memperluas wawasan peneliti di bidang yang akan diteliti dan
mempertajam rumusan masalah yang diajukan dengan mempertimbangakn aspek
relevansi bacaan yang dibaca dengan topik yang dibahas yang kemutakhiran (novelty).
c.
Perumusan fokus dan masalah
penelitian. Langkah ini bertujuan agar peneliti bisa berkonsentrasi pada satu
fokus bahasan.
d.
Pengumpulan data. Untuk mengetahui
kelengkapan data, peneliti dapat membaca keseluruhan data dengan merujuk ke
rumusan masalah yang diajukan.
e.
Pengolahan data, diantaranya:
peneliti mengecek kebenaran data, menyusun data, melaksanakan penyandian,
mengklasifikasi data, mengoreksi jawaban wawancara yang kurang jelas.
f.
Analisis data. Dari tahap ini
peneliti akan memperoleh informasi penting berupa temuan penelitian.
g.
Proses analisis data. Dalam proses
ini peneliti memaknai data dengan mengatur, mengurutkan, mengelompokkan,
memberi kode atau tanda, dan mengkategorikannya menjadi bagian-bagian
berdasarkan pengelompokkan tertentu.
h.
Dialog teoritik, yaitu melakukan
dialog temuan tersebut dengan teori yang telah dibahas dibagian kajian pustaka.
i.
Triangulasi temuan atau yang sering
disebut dengan komfirmabilitas yakni denan melaporkan temuan penleitian kepada
informan yang diwawancarai.
j.
Simpulan hasil penelitian.
k.
Laporan penelitian.
3.
Contoh
Penelitian Studi Kasus[10]
a.
Judul penelitian
“PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DALAM
SISTEM BOARDING SCHOOL
(Studi Kasus di MA Nurul Ummah
Kotagede Yogyakarta)”
b.
Latar belakang
Proses
pembelajaran bahasa Arab siswa kelas XI MA Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta,
dimana sekolah tersebut mempunyai progrma unggulan yaitu sistem boarding
school, yaitu kelas XI MA Nurul Ummah harus tinggal di asrama yang
didalamnya terdapat berbagai macam kegiatan. Salah satunya yaitu pembelajaran
bahasa Arab Madrasah Diniyyah. Selain itu proses pembelajaran bahasa Arab juga
berlangsung di MA Nurul Ummah.
c.
Rumusan Masalah
1)
Bagaimana sistem boarding school
yang diterapkan di MA Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta?
2)
Bagaimana implementasi pembelajaran
bahasa arab dalam sistem boarding
school siswa MA Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta?
3)
Bagaimana dampak pembelajaran bahasa
Arab dengan sistem boarding school terhadap prestasi bahasa Arab siswa
MA Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta?
d.
Tujuan Penelitian
1)
Untuk mengetahui bagaimana sistem
boarding school yag ditetapkan di MA Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta
2)
Untuk mengetahui bagaimana
implementasi pembelajaran bahasa Arab dala sistem boarding school siswa MA
Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta
3)
Untuk mengetahui bagaimana dampak
pembelajaran bahasa Arab dalam sistem boarding school terhadap prestsi siswa MA
Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta.
e.
Kesimpulan
Melalui metode
pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi, peneliti menyimpulkan
bahwa :
1)
Sistem boarding school di MA Nurul
Ummah Kotagede Yogyakarta yaitu siswa yang sekolah di MA Nurul Ummah harus
tinggal di Asrama dan mengikuti semua kegiatan yang sudah disusun rapi oleh
pembina dan pengurus Asrama yang telah disepakati bersama. Bagi siswa yang
sekolah di MA Nurul Ummah akan tetapi siswa tidak tinggal di Asrama, maka siswa
harus tinggal tidak jauh dari Asrama dan mematuhi peraturan yang ada di Asrama
seperti halnya siswa yang tinggal di Asrama. Aktivitas pendidikan sistem
boarding school di MA Nurul Ummah berlangsung selama 24 jam setiap hari, dengan
jadwal yang terprogram secara konkret dan jelas dari waktu ke waktu.
2)
Implementasi pembelajaran bahasa
Arab dengan sistem boarding school MA Nurul Ummah dilaksanakan dengan
menyamakan tujuan pembelajaran bahasa Arab yang ada di Madrasah dan di Asrama.
Tujuan tersebut yaitu agar siswa dapat membaca, menulis, berbicara,
mendengar/menyimak, menerjemahkan, dan mempraktikan NahwuShorof.
3)
Dampak pembelajaran bahasa Arab dengan
sistem boarding school terhadap prestasi siswa di Madrasah Aliyah Nurul Ummah
dapat diketahui dengan hasil belajar siswa yang meliputi: Hasil nilai UTS dan
UAS, yaitu dengan nilai rata-rata siswa 80. Dari hasil dokumentasi tersebut
dapat diketahui bahwa pembelajaran bahasa Arab siswa MA Nurul Ummah mencapai
nilai standar KKM, yaitu 75. Oleh karena itu, dengan adanya sistem boarding
school, berdampak positif terhadap prestasi belajar bahasa Arab siswa.
4.
Kelebihan dan
Kekurangan Penelitian Studi Kasus
a.
Kelebihan
1)
Fleksibilitas
Pendekatan studi kasus biasanya lebih fleksibel karena
disainnya memang ditujukan untuk mengeksplorasi suatu permasalahan. Berbeda
dengan pendekatan yang didisain dengan keinginan untuk menguji suatu teori atau
hipotesa, dengan sifat eksploratif studi kasus, memungkinkan si peneliti untuk
lebih fleksibel menyesuaikan arah penelitiannya sesuai dengan perkembangan
kegiatan penelitiannya. Tambahan pula, karena formatnya yang lebih longgar, hal
ini memungkinkan peneliti untuk memulai penelitiannya dengan issu-issu atau
pertanyaan umum kemudian mengerucut kepada persoalan-persoalan khusus bersamaan
dengan perjalanan pelaksanaan penelitiannya itu sendiri.
2)
Penekanan pada pemahaman konteks.
Usaha
mencari tahu melalui studi kasus pendalaman pemahaman mengenai persoalan atau
kelompok orang tertentu. Ini mengarahkan pada terkumpulkanya informasi yang
rinci atau detail tentang persoalan atau kelompok orang yang menjadi focus
kajian. Luaran dari studi seperti ini adalah apa yang disebut thick description
yakni deskripsi mendalam tentang suatu persoalan atau kelompok orang dan segala
konteks terkait permasalahan atau kelompok orang tersebut.
b. Kekurangan
1) Studi kasus seringkali dipandang
kurang ilmiah atau pseudo-scientific karena pengukurannya bersifat subjectif
atau tidak bisa dikuantifisir. Dalam hal ini, kritik ini juga mempertanyakan
validitas dari hasil penelitian studi kasus.
2) Karena masalah interpretasi
subjektif pada pengumpulan dan analisa data studi kasus, maka mengerjakan
pekerjaan ini relative lebih sulit dari penelitian kuantitatif.
3) Masalah generalisasi. Karena skupa
penelitian baik issu maupun jumlah orang yang menjadi target kajian studi kasus
sangat kecil, kemampuan generalisasi dari temuan pada studi kasus adalah
rendah.
4) Karena lebih bersifat deskriftif,
studi kasus juga dianggap kurang memberi sumbangan pada persoalan-persoalan
praktis mengatasi suatu masalah.
5) Biaya penyelenggaraan yang relative
mahal. Karena kedalaman ibformasi yang digali pada studi kasus, maka luangan
waktu dan fikiran untuk mengerjakan studi kasus jauh lebih banyak daripada
studi dengan skala yang besar, tetapi hanya melingkupi data yang terbatas.
Untuk hal ini, sebagian orang menganggap bahwa studi kasus lebih mahal dari
pada penelitian-penelitian kuantitatif.[11]
Penutup
Berdasarkan uraian diatas, dapat
disimpulkan baha metodologi penelitian studi kasus sangat perlu dan penting
untuk didalami oleh peneliti, agar mereka mampu menerapkannya dalam penelitian
kualitatif sebagai salah satu cara yang tepat untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan memberikan informasi baru kepada masyarakat. Dengan demikian,
ketika menerapkan metode peneltian studi kasus, peneliti sebaiknya benar-benar
paham konsep dan prosedurnya dengan
tepat.
Daftar Pustaka
Anifah, Titi, Pembelajaran
Bahasa Arab dalam Sistem Boarding School: Studi Kasus di MA Nurul Ummah
Kotagede Yogyakarta, digilib.uin-suka.ac.id, diakses pada 10 April 2019.
Endraswara, Suwardi, 2012, Metodologi Penelitian Kebudayaan,
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hariwijaya, M, 2017, Metodologi dan Penulisan Skripsi, Tesis dan
Desertasi untuk Ilmu Sosial dan Humaniora, Yogyakarta: Parama Ilmu, 2017.
Hornby, AS, 1989, Oxford Advanced Learner’s Dictionary of
Current English, Oxford: Oxford University Press.
K.Yin, Robert, 2000, Studi
Kasus: Desain dan Metode, New Delhi: Stage Publications.
Mulyana, 2001, Metodologi Penelitian Komunikasi, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2001.
Rahardjo,
Mudjia, Studi Kasus dalam Penelitian Kualitatif, http://core.ac.uk , diakses pada 10 April 2019.
Unknown, Kekuatan
dan Kelemahan Studi Kasus, http://adhyelthechangemaker.blogspot.com/2013/06/kekuatan-dan-kelemahan-studi-kasus.html, diakses pada 10 April 2019
[1]Auliya Akbar
Rahmatullah adalah mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
[2]Zaimatuz
Zakiyah adalah mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
[3]AS. Hornby, Oxford
Advanced Learner’s Dictionary of Current English, (Oxford: Oxford
University Press: 1989), hlm 173)
[4]Prof. Dr.
Robert K.Yin, Studi Kasus: Desain dan Metode, (New Delhi: Stage
Publications, 2000), hlm 18.
[5]Mulyana, Metodologi
Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm 201.
[7]Ibid, hlm 91-92.
[9]Mudijia
Rahardjo, M,Si, Studi Kasus dalam Penelitian Kualitatif, http://core.ac.uk , diakses pada 10 April 2019.
[11] Unknown,
Kekuatan dan Kelemahan Studi Kasus, http://adhyelthechangemaker.blogspot.com/2013/06/kekuatan-dan-kelemahan-studi-kasus.html, diakses pada
10 April 2019