Selasa, 03 Oktober 2017

Pemerolehan Bahasa

Pemerolehan Bahasa

Dosen Pengampu : Muhammad Jafar Shodiq, S.PD.I., M.S.I.











         DISUSUN OLEH :
       KELOMPOK III

1.       Irfan Fauzan Taftazzani                           (NIM : 16420038)
2.       Zaimatuz Zakiyah                                    (NIM : 16420051)

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
  FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN                
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
TAHUN AKADEMIK 2017


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah Nya sehingga kami dapat menyusun sebuah makalah dengan tema Pemerolehan Bahasa. Shalawat teriring  salam semoga tetap terlimpah curahkan kepada sosok revolusioner zaman yakni Nabi Muhammad SAW.
Bahasa yang lahir dari lisan adalah bahasa yang merupakan alat komukasi setiap manusia. Dari bahasa, kita dapat mengetahui bagaimana sikap seseorang dapat mempertanggung jawabkan bahasanya. Dari bahasa, kita dapat memahami bagaimana tingkah laku seseorang dalam bertindak, apakah sesuai dengan apa yang dibahasakannya atau malah menyimpang jauh dengan apa yang telah dibahasakannya tadi.
Terlepas dari semua itu, kami selaku pembuat makalah kiranya masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ilmiah "Pemerolehan Bahasa" ini. Maka dari itu, kami membuka tangan selebar-lebarnya kepada para pembaca, untuk memberikan kritik dan saran yang membangun, demi kesempurnaan makalah ini.
Terimakasih kepada dosen pengampu yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini, dalam beberapa pertemuan mata kuliah "Linguistik Edukasional". Semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada para pembaca dan memberikan faidah yang berguna untuk membuka wawasan kita tentang tema "Pemerolehan Bahasa" ini.

Yogyakarta, 17 September 2017

Penyusun


DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................      ii
Daftar Isi....................................................................................................................     iii
BAB I . PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang........................................................................................................      1
B.     Rumusan Masalah....................................................................................................      1
C.     Tujuan......................................................................................................................      2
BAB II . PEMBAHASAN
A.    Perbedaan Pemerolehan Bahasa dan Pengajaran Bahasa........................................      3
B.     Asumsi Tentang Pemerolehan Bahasa Kedua.........................................................     5
C.     Pemerolehan Bahasa Oleh Anak-Anak...................................................................      8
BAB III . PENUTUP
A.    Kesimpulan..............................................................................................................   12
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................    13



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Salah satu fungsi dari bahasa yang paling penting adalah bahasa sebagai media untuk berkomunikasi. Kata yang baik akan menjadi kunci keberhasilan komunikasi kita dan adapatasi kita pada masyarakat. Kita dapat mengambil kesimpulan bahwa penguasaan terhadap sebuah bahasa sangatlah penting. Dengan memahami banyak bahasa bisa membuat persatuan dan kesatuan, mencegah perpecahan.
            Selain itu, adanya periode penting dalam mempelajari bahasa bisa dibuktikan salah satunya dari aksen orang dalam berbicara. Faktor kognitif individu merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan pada perkembangan bahasa anak. Sementara itu, disisi lain proses penguasaan bahasa tergantung dari stimulus dari lingkungan luar. Untuk menstimuluskan perkembangan bahasa anak, kita perlu memberikan anak berbagai aktifitas bahasa dan memperbanyak kosa kata serta pengertiannya melalui kegiatan sehari-hari.
            Melalui makalah ini, kami memncoba untuk memaparkan berbagai rumusan masalah, anatara lain perbedaan pemerolehan bahasa dan pengajaran bahasa, asumsi tentang pemerolehan bahasa kedua, dan pemerolehan bahasa oleh anak-anak. Perlu kiranya makalah ini dapat mengupas secara akurat mengenai problematika dari rumuan masalah tersebut.
  
B. Rumusan masalah
1.      Apa perbedaan antara pemerolehan bahasa dan pengajaran bahasa ?
2.      Bagaimana asumsi tentang pemerolehan bahasa kedua ?
3.      Bagaimana proses pemerolehan bahasa oleh anak- anak  ?



C.    Tujuan
1.      Mengetahui  perbedaan pemerolehan bahasa dan pengajaran bahasa.
2.      Mengetahui asumsi tentang pemerolehan bahasa kedua.
3.      Mengetahui proses pemerolehan bahasa oleh anak- anak.



BAB II
PEMBAHASAN


A.    Perbedaan Pemerolehan Bahasa dan Pengajaran Bahasa
Diantara cakupan Linguistik Edukasional adalah pemerolehan bahasa dan  pengajaran bahasa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemerolehan berarti proses, cara, perbuatan memperoleh sesuatu. Terminolgi dari pemerolehan bahasa dalam wikepedia, yaitu proses manusia mendapatkan kemampuan  menangkap, menghasilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman dan komunikasi.
Istilah pemerolehan bahasa dalam bahasa Inggris dipadankan dengan acquisition language, yakni, proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya (native language).[1]
Pemerolehan bahasa berbeda dengan pengajaran bahasa. Namun ada pula yang menyebut pengajaran bahasa sebagai pemerolehan bahasa kedua. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pengajaran diartikan sebagai proses, cara, perbuatan mengajar atau mengajarkan. Dalam bahasa Inggris, pengajaran bahasa merupakan padanan dari istilah learning language. Dalam pengertian ini proses itu dilakukan dalam tatanan formal, yakni, belajar di kelas dan diajar oleh seorang guru.[2] Proses pengajaran bahasa terjadi pada saat  seseorang anak  mempelajari bahasa kedua, setelah dia memperoleh bahasa pertamanya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemerolehan bahasa merupakan proses seorang anak dalam menguasai bahasa pertamanya atau bahasa ibunya, sedangkan pengajaran bahasa merupakan proses seorang atau umumnya dewasa dalam menguasai bahasa kedua. Selain itu, perbedaan antara keduanya adalah pemerolehan bahasa terjadi secara alamiah, secara tidak sadar dari orang- orang yang ada disekitarnya. sedangkan pengajaran bahasa terjadi melalui proses belajar, secara sadar dan disengaja. Perbedaan lainnya adalah bahwa pemerolehan bahasa bersifat spontan, sedangkan pengajaran bersifat terstruktur.
           

B.  Asumsi Tentang Pemerolehan Bahasa Kedua
Asumsi tentang pemerolehan bahasa kedua (B2) dikemukakan oleh beberapa tokoh, tetapi kami akan memaparkan asumsi dari tokoh Klein dan Krashen.

I.       Asumsi Klein: Kesamaan Pemerolehan (Identity Hypothesis)
Menurut Klien, tidak ada relevensi apapun dari pemerolehan bahasa yang diperoleh seseorang sebelum ia  memperoleh bahasa lainnya. Artinya pemerolehan B1 dan B2 melalui proses yang sama, yang diatur oleh aturan-aturan yang sama.[3] Ada lima hal yang relefan untuk diperhatikan yaitu:
·         Salah satu perbedaan antara pemerolehan B1 dan B2 adalah bahwa B1 merupakan komponen yang hakiki dari perkembangan kognitif perkembangan seorang anak. Sedangkan B2 kognitif dan sosial tersebut praktis sudah selesai.
·         Dalam hasil yang diperoleh ada pula perbedaan antara B1 dan B2. Dalam pemerolehan B1, pemerolehan lafalnya tanpa kesalahan, sedangkan pelajar B2 sudah melebihi 12 sampai 16 tahun, lafalnya sulit menyamai penutur asli.
·         Dalam pemerolehan B1 dan B2, ada kesamaan urutan dalam urutan pemerolehan butir-butir tata bahasa, seperti fonem dan morfem tertentu, kalimat tanya, negatif dan sebagainya. Akan tetapi, pada umumnya, kesamaan itu hanya menunjukan adanya proses yang berjalan secara paralel, karena ada sejumlah besar perbedaan pemerolehan tata baha B1 dan B2.
·         Pemerolehan B1 dan B2 mempunyai banyak variabel yang berbeda. Oleh sebab itu, tidak ada gunanya membandingkan antara pemerolehan B1 dan B2,karena ciri-ciri keduannya banyak yang tidak sama.
·         Meskipun ada persamaan dan perbedaan antara pemerolehan B1 dan B2, tetapi suatu identitas esensial yang sahih antara B1 dan B2 belum tentu ada.

      II. Asumsi Krashen: (Pendekatan Alamiah)
Menurut Krashen pendekatan alamiah meliputi lima butir  asumsi, yakni: (1) Asumsi pemerolehan lawan pembelajaran (2) Asumsi masukan (3) Asumsi urutan alamiah (4) Asumsi monitor dan (5) Asumsi saringan afektif.

1.      Asumsi pemerolehan lawan pembelajaran (Acqiusition vs Learning)
Menurut teori ini, asumsi tentang pemerolehan lawan pembelajaran meliputi dua aturan, antara lain cara eksplisit dan implisit. Eksplisit (learning) adalah suatu cara pemerolehan dengan sadar dan sengaja. Implisit (acquisition) berarti pemerolehan dengan alam bawah sadar.

2.      Asumsi Masukan (Input Hypothesis)
Dalam asumsi ini, kita mengembangkan cara pemodifikasian dalam berbagai ragam. Dalam hal ini, diperlukan orang dewasa disekeliling anak untuk mengajar bahasa (atau memudahkan pemerolehan bahasa).


3.      Asumsi Urutan Alamiah (Natural Order Hypothesis)
Pemerolehan B2 dalam hal struktur menurut urutan yang dapat diperkirakan. Misalnya, kata-kata tugas (function word) diperoleh lebih awal daripada struktur lainnya. Sebagai contoh lain, dalam pemerolehan bahasa Inggris seseorang harus mempelajari bentuk progressive(-ing), konsep plural dan pengguanaan copula(to be) sebelum menggabungkan dengan auxiliary  dengan article (a,the) dan sesudahnya baru bisa membandingkannya dengan konsep irregular past  sebelum pada akhirnya mengetahui penggunaan regular past, 3rdsingular (-s) dan bentuk possessive (-s).

4.      Asumsi Monitor
Dalam asumsi ini, monitor berarti pemerolehan bahasa dengan tingkatan kesadaranyang ada didalam diri kita. Pembelajaran dengan sadar memerlukan kemampuan pemantauan (monitor) dan penyuntingan (editing).

5.      Asumsi Saringan Afektif (Affective Filter)
Pelajar B2 yang memiliki motivasi tertentu, yakni yang ingin menyamai penutur asli, dan percaya diri biasanya lebih berhasil daripada pembelajar B2 yang bermotivasi dan percaya diri. Sikap positif ini mendukung dua hasil (1) pembelajar menerima dorongan  untuk memperoleh masukan yang lebih banyak lagi (2) pembelajar menjadi lebih reseptif menerima masukan yang diperoleh sehingga kemajuannya lebih cepat.[4]
Dari penjelasan diatas dapat kami ringkas bahwa Klein berasumsi tentang pemerolehan bahasa, baik itu B1 atau B2 memiliki suatu rangkaian proses yang sama. Berbeda dengan Krashen yang berasumsi bahwa segala hipotesis yang ia kemukakan disandarkan dengan proses alamiah atau dengan pendekatan alamiah.

C.     Pemerolehan Bahasa oleh Anak- Anak
Setiap anak yang normal pertumbuhan pikirannya akan belajar B1 atau bahasa ibu dalam tahun-tahun pertama dalam hidupnya, dan proses ini terjadi kira-kira pada umur 5 tahun. Sesudah itu, pada masa pubertas hingga menginjak dewasa sekitar 12 sampai 20 tahun, anak itu akan tetap belajar B1. Sesudah pubertas keterampilan bahasa anak tidak banyak kemajuanya, meskipun dalam beberapa hal, umpamanya dalam kosa kata, ia belajar B1 terus-menerus dalam hidupnya. Pemerolehan B1 kita anggap bahasa yang formal bagi anak karena bahasa ini yang paling mantap pengetahuan dan penggunaannya.
 Ketika seorang anak sedang memperoleh bahasa B1nya, terjadi dua proses, yaitu proses kompetensi dan proses performasi. Kedua proses ini merupakan proses yang berlainan. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa yang berlangsung secara tidak disadari. Proses kompetensi ini menjadi syarat untuk terjadinya proses performasi yang menyangkut proses pemahaman dan proses memproduksi ujaran. Proses pemahaman melibatkan kemampuan mempersepsi kalimat yang didengar. Sedangkan proses memproduksi ujaran menjadi kemampuan linguistik selanjutnya.[5]. Dalam proses kompetensi ini mencakup kompetensi Semantik (memaknai bahasa), kompetensi
Sintaksis (membentuk kalimat), dan juga kompetensi Fonologis (mengkaji bunyi bahasa). Sedangkan pada tahap proses performansi anak melalui dua tahapan proses pemahaman yang didalamnya anak mengalami proses mengamati dan mempresepsi setiap apa yang dilihat. Kedua, tahap proses penerbitan. Pada tahapan ini anak mulai memproduksi kata sampai kalimat-kalimat. Saat anak tuntas melalui proses performansi inilah anak dikatakan mempunyai kompetensi linguistik.[6]
Berkaitan dengan pemerolehan bahasa, setidaknya anak-anak memperoleh dan mempelajari paling sedikit satu bahasa, kecuali anak-anak yang secara fisik mengalami gangguan fisik atau cacat. Menurut para ahli, anak akan mencapai tingkat penguasaan bahasa orang dewasa dalam waktu kurang lebih 25 tahun. Selanjutnya, anak selalu berusaha menyempurnakan pemerolehannya dengan menambah penguasaan kosa kata, mempertajam pemahaman akan tata bahasa, dan hal-hal lain yang menyangkut seluk beluk bahasa ini.[7]
Untuk mengetahui bagaimana perkembangan bahasa seseorang, dalam hal ini anak, berikut ini akan diketengahkan tahap-tahap perkembangan itu secara kronologis oleh Mackey.

Umur 3 Bulan 
Anak mulai mengenal suara manusia, ingatan yang sederhana mungkin sudah ada, tapi belum tampak. Segala sesuatu masih terkait dengan apa yang dilihatnya, koordinasi antara pengertian dan apa yang diucapkannya belum jelas. Anak mulai tersenyum dan mulai membuat suara-suara yang belum teratur.

Umur 6 Bulan 
Anak sudah mulai bisa membedakan antara nada yang “halus” dan nada yang “kasar”. Dia mulai membuat vokal seperti “aÉÉ.aÉ..aÉÉaÉÉ”.

Umur 9 Bulan 
Anak mulai bereaksi terhadap isyarat. Dia mulai mengucapkan bermacam-macam suara dan tidak jarang kita bisa mendengar kombinasi suara yang menurut orang dewasa suara yang aneh.

Umur 12 Bulan 
Anak mulai membuat reaksi terhadap perintah. Dia gemar mengeluarkan suara-suara dan bisa diamati, adanya beberapa kata tertentu yang diucapkannya untuk mendapatkan sesuatu.

Umur 18 Bulan
Anak mulai mengikuti petunjuk. Kosa katanya sudah mencapai sekitar duapuluhan. Dalam tahap ini komunikasi sudah mulai tampak. Kalimat dengan satu kata sudah digantinya dengan dua kata.

Umur 2-3  Tahun
Anak sudah bisa memahami pertanyaan dan perintah sederhana. Kosa katanya (baik yang pasif maupun yang aktif) sudah mencapai beberapa ratus. Anak sudah bisa mengutarakan isi hatinya dengan kalimat sederhana.

Umur 4-5 Tahun
Pemahaman anak makin mantap, walaupun masih sering bingung dalam hal-hal yang menyangkut waktu (konsep-konsep waktu masih belum bisa dipahaminya dengan jelas). Kosa kata aktif bisa mencapai dua ribuan, sedangkan yang pasif sudah makin banyak jumlahnya. Anak mulai belajar berhitung dan kalimat-kalimat yang agak rumuit digunakannya.

Umur 6-8 Tahun
Tidak ada kesukaran untuk memahami kalimat yang biasa dipakai orang dewasa sehari-hari. Mulai belajar membaca dan aktifitas ini dengan sendirinya menambah perbendaharaan katanya. Mulai membiasakan diri dengan pola kalimat yang agak rumit dan B1 pada dasarnya sudah dikuasainya ssebagai alat komunikasi.[8]

            Rentang waktu diatas adalah proses perkembangan terjadinya pemerolehan bahasa. Pemerolehan bahasa juga dapat memungkinkan seorang anak mendapatkan pembelajaran bahasa. Keselurahan rangkaian proses diatas disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain faktor keluarga, lingkungan, dan masyarakat.



BAB III
PENUTUP

a)      Kesimpulan

          Ada beberapa perbedaan yang terdapat dalam pemerolehan bahasa dan pengajaran bahasa. Pemerolehan bahasa merupakan suatu proses pemerolehan bahasa ibu atau B1, terjadi tanpa disadari dan bersifat spontan. Sedangkan pengajaran bahasa merupakan suatu proses pemerolehan bahasa kedua atau B2 yang terjadi secara sadar dan terstruktur.
          Tokoh yang mengasumsikan tentang masalah pemerolehan bahasa kedua, diantaranya adalah Klein dan Krashen. Klein berasumsi tentang pemerolehan bahasa, baik itu B1 atau B2 memiliki suatu rangkaian proses yang sama. Berbeda dengan Krashen yang berasumsi bahwa segala hipotesis yang ia kemukakan disandarkan dengan proses alamiah atau dengan pendekatan alamiah.
       Rentang waktu dari mulai bayi hingga beranjak dewasa adalah suatu proses perkembangan terjadinya pemerolehan bahasa. Pemerolehan bahasa juga dapat memungkinkan seorang anak mendapatkan pembelajaran bahasa. Keselurahan rangkaian proses diatas disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain faktor keluarga, lingkungan, dan masyarakat.

         


DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul, 2009, Psikolinguistik: Kajian Teoritik, Jakarta: Rineka Cipta.
Dardjowidjojo, Soenjono, 2005, Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Hasanah, Mamluatul, 2010, Proses Manusia Berbahasa: Perspektif Al-Qur’an dan Psikolinguistik, Malang: UIN- Maliki Press.
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, 2013, Strategi Pembelajaran Bahasa, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Nur Indah, Rohmani dan Abdurrahman, 2008, Psikolinguistik, Konsep & Isu Umum, Malang: UIN-Malang Press.




































Pemerolehan bahasa.
Beda pemerolehan dan pengajaran bahasa
Asumsi tentang pemerolehan bahas akedua
Pemerolehan bahasa oleh anak- anak




[1] Soenjono Dardjowidjojo, Psikolinguistik: Pengantar Bahasa Manusia, ( Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), hlm 225.
[2] Ibid, hlm 225
[3] Rohmani Nur Indah dan Abdurrahman, Psikolinguistik, Konsep & Isu Umum, (Malang, UIN-Malang Press, 2008), hlm 79.
[4] Ibid, hlm 80-83.
[5]  Ibid, hlm 68.
[6] Mamluatul Hasanah, Proses Manusia Berbahasa: Perspektf Al-Quran dan Psikolinguistik, (Malang, UIN-Maliki Press, 2010), hlm. 56.
[7] Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya Offset, 2013), hlm. 85.
[8] Ibid, hlm 86.