Pemerolehan Bahasa
Dosen Pengampu : Muhammad Jafar Shodiq, S.PD.I., M.S.I.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
1. Irfan Fauzan Taftazzani (NIM : 16420038)
2. Zaimatuz Zakiyah (NIM : 16420051)
PRODI PENDIDIKAN BAHASA
ARAB
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN KALIJAGA
TAHUN AKADEMIK 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah Nya sehingga kami dapat menyusun sebuah makalah dengan tema
Pemerolehan Bahasa. Shalawat teriring salam semoga tetap terlimpah
curahkan kepada sosok revolusioner zaman yakni Nabi Muhammad SAW.
Bahasa yang lahir dari lisan adalah bahasa yang merupakan alat komukasi
setiap manusia. Dari bahasa, kita dapat mengetahui bagaimana sikap seseorang
dapat mempertanggung jawabkan bahasanya. Dari bahasa, kita dapat memahami
bagaimana tingkah laku seseorang dalam bertindak, apakah sesuai dengan apa yang
dibahasakannya atau malah menyimpang jauh dengan apa yang telah dibahasakannya
tadi.
Terlepas dari semua itu, kami selaku pembuat
makalah kiranya masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ilmiah
"Pemerolehan Bahasa" ini. Maka dari itu, kami membuka tangan
selebar-lebarnya kepada para pembaca, untuk memberikan kritik dan saran yang membangun, demi kesempurnaan
makalah ini.
Terimakasih kepada dosen pengampu yang telah
membimbing kami dalam pembuatan makalah ini, dalam beberapa pertemuan mata
kuliah "Linguistik Edukasional". Semoga makalah ini dapat bermanfaat
kepada para pembaca dan memberikan faidah yang berguna untuk membuka wawasan kita
tentang tema "Pemerolehan Bahasa" ini.
Yogyakarta, 17 September 2017
Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar........................................................................................................... ii
Daftar Isi.................................................................................................................... iii
BAB I . PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang........................................................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
C.
Tujuan...................................................................................................................... 2
BAB II . PEMBAHASAN
A.
Perbedaan Pemerolehan Bahasa dan Pengajaran Bahasa........................................ 3
B.
Asumsi Tentang Pemerolehan Bahasa Kedua......................................................... 5
C.
Pemerolehan Bahasa Oleh Anak-Anak................................................................... 8
BAB III . PENUTUP
A.
Kesimpulan.............................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu fungsi dari
bahasa yang paling penting adalah bahasa sebagai media untuk berkomunikasi.
Kata yang baik akan menjadi kunci keberhasilan komunikasi kita dan adapatasi
kita pada masyarakat. Kita dapat mengambil kesimpulan bahwa penguasaan terhadap
sebuah bahasa sangatlah penting. Dengan memahami banyak bahasa bisa membuat
persatuan dan kesatuan, mencegah perpecahan.
Selain itu, adanya periode
penting dalam mempelajari bahasa bisa dibuktikan salah satunya dari aksen orang
dalam berbicara. Faktor kognitif individu merupakan suatu hal yang tidak bisa
dipisahkan pada perkembangan bahasa anak. Sementara itu, disisi lain proses
penguasaan bahasa tergantung dari stimulus dari lingkungan luar. Untuk
menstimuluskan perkembangan bahasa anak, kita perlu memberikan anak berbagai
aktifitas bahasa dan memperbanyak kosa kata serta pengertiannya melalui
kegiatan sehari-hari.
Melalui makalah ini, kami
memncoba untuk memaparkan berbagai rumusan masalah, anatara lain perbedaan
pemerolehan bahasa dan pengajaran bahasa, asumsi tentang pemerolehan bahasa
kedua, dan pemerolehan bahasa oleh anak-anak. Perlu kiranya makalah ini dapat
mengupas secara akurat mengenai problematika dari rumuan masalah tersebut.
B. Rumusan masalah
1.
Apa perbedaan antara pemerolehan bahasa dan pengajaran bahasa ?
2.
Bagaimana asumsi tentang pemerolehan bahasa kedua ?
3.
Bagaimana proses pemerolehan bahasa oleh anak- anak ?
C. Tujuan
1.
Mengetahui perbedaan pemerolehan
bahasa dan pengajaran bahasa.
2.
Mengetahui asumsi tentang pemerolehan bahasa kedua.
3.
Mengetahui proses pemerolehan bahasa oleh anak- anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perbedaan Pemerolehan Bahasa dan Pengajaran Bahasa
Diantara cakupan Linguistik Edukasional adalah
pemerolehan bahasa dan pengajaran
bahasa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemerolehan berarti proses, cara,
perbuatan memperoleh sesuatu. Terminolgi dari pemerolehan bahasa dalam
wikepedia, yaitu proses manusia mendapatkan kemampuan menangkap, menghasilkan, dan menggunakan kata
untuk pemahaman dan komunikasi.
Istilah pemerolehan bahasa dalam bahasa Inggris
dipadankan dengan acquisition language, yakni, proses penguasaan bahasa
yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya
(native language).[1]
Pemerolehan bahasa berbeda dengan pengajaran
bahasa. Namun ada pula yang menyebut pengajaran bahasa sebagai pemerolehan
bahasa kedua. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pengajaran
diartikan sebagai proses, cara, perbuatan mengajar atau mengajarkan. Dalam
bahasa Inggris, pengajaran bahasa merupakan padanan dari istilah learning
language. Dalam pengertian ini proses itu dilakukan dalam tatanan formal,
yakni, belajar di kelas dan diajar oleh seorang guru.[2] Proses pengajaran bahasa
terjadi pada saat seseorang anak mempelajari bahasa kedua, setelah dia
memperoleh bahasa pertamanya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemerolehan
bahasa merupakan proses seorang anak dalam menguasai bahasa pertamanya atau
bahasa ibunya, sedangkan pengajaran bahasa merupakan proses seorang atau
umumnya dewasa dalam menguasai bahasa kedua. Selain itu, perbedaan antara
keduanya adalah pemerolehan bahasa terjadi secara alamiah, secara tidak sadar
dari orang- orang yang ada disekitarnya. sedangkan pengajaran bahasa terjadi
melalui proses belajar, secara sadar dan disengaja. Perbedaan lainnya adalah
bahwa pemerolehan bahasa bersifat spontan, sedangkan pengajaran bersifat
terstruktur.
B. Asumsi Tentang Pemerolehan
Bahasa Kedua
Asumsi
tentang pemerolehan bahasa kedua (B2) dikemukakan oleh beberapa tokoh, tetapi
kami akan memaparkan asumsi dari tokoh Klein dan Krashen.
I.
Asumsi Klein: Kesamaan Pemerolehan (Identity
Hypothesis)
Menurut
Klien, tidak ada relevensi apapun dari pemerolehan bahasa yang diperoleh
seseorang sebelum ia memperoleh bahasa
lainnya. Artinya pemerolehan B1 dan B2 melalui proses yang sama, yang diatur
oleh aturan-aturan yang sama.[3] Ada lima hal yang relefan
untuk diperhatikan yaitu:
·
Salah satu perbedaan antara pemerolehan B1 dan B2
adalah bahwa B1 merupakan komponen yang hakiki dari perkembangan kognitif
perkembangan seorang anak. Sedangkan B2 kognitif dan sosial tersebut praktis
sudah selesai.
·
Dalam hasil yang diperoleh ada pula perbedaan
antara B1 dan B2. Dalam pemerolehan B1, pemerolehan lafalnya tanpa kesalahan,
sedangkan pelajar B2 sudah melebihi 12 sampai 16 tahun, lafalnya sulit menyamai
penutur asli.
·
Dalam pemerolehan B1 dan B2, ada kesamaan urutan
dalam urutan pemerolehan butir-butir tata bahasa, seperti fonem dan morfem
tertentu, kalimat tanya, negatif dan sebagainya. Akan tetapi, pada umumnya,
kesamaan itu hanya menunjukan adanya proses yang berjalan secara paralel,
karena ada sejumlah besar perbedaan pemerolehan tata baha B1 dan B2.
·
Pemerolehan B1 dan B2 mempunyai banyak variabel
yang berbeda. Oleh sebab itu, tidak ada gunanya membandingkan antara
pemerolehan B1 dan B2,karena ciri-ciri keduannya banyak yang tidak sama.
·
Meskipun ada persamaan dan perbedaan antara pemerolehan
B1 dan B2, tetapi suatu identitas esensial yang sahih antara B1 dan B2 belum
tentu ada.
II. Asumsi
Krashen: (Pendekatan Alamiah)
Menurut
Krashen pendekatan alamiah meliputi lima butir
asumsi, yakni: (1) Asumsi pemerolehan lawan pembelajaran (2) Asumsi
masukan (3) Asumsi urutan alamiah (4) Asumsi monitor dan (5) Asumsi saringan
afektif.
1.
Asumsi pemerolehan lawan pembelajaran (Acqiusition
vs Learning)
Menurut
teori ini, asumsi tentang pemerolehan lawan pembelajaran meliputi dua aturan,
antara lain cara eksplisit dan implisit. Eksplisit (learning) adalah
suatu cara pemerolehan dengan sadar dan sengaja. Implisit (acquisition)
berarti pemerolehan dengan alam bawah sadar.
2.
Asumsi Masukan (Input Hypothesis)
Dalam
asumsi ini, kita mengembangkan cara pemodifikasian dalam berbagai ragam. Dalam
hal ini, diperlukan orang dewasa disekeliling anak untuk mengajar bahasa (atau
memudahkan pemerolehan bahasa).
3.
Asumsi Urutan Alamiah (Natural Order Hypothesis)
Pemerolehan
B2 dalam hal struktur menurut urutan yang dapat diperkirakan. Misalnya,
kata-kata tugas (function word) diperoleh lebih awal daripada struktur
lainnya. Sebagai contoh lain, dalam pemerolehan bahasa Inggris seseorang harus
mempelajari bentuk progressive(-ing), konsep plural dan
pengguanaan copula(to be) sebelum menggabungkan dengan auxiliary
dengan article (a,the)
dan sesudahnya baru bisa membandingkannya dengan konsep irregular past sebelum pada akhirnya mengetahui penggunaan regular
past, 3rdsingular (-s) dan bentuk possessive (-s).
4.
Asumsi Monitor
Dalam
asumsi ini, monitor berarti pemerolehan bahasa dengan tingkatan kesadaranyang
ada didalam diri kita. Pembelajaran dengan sadar memerlukan kemampuan
pemantauan (monitor) dan penyuntingan (editing).
5.
Asumsi Saringan Afektif (Affective Filter)
Pelajar
B2 yang memiliki motivasi tertentu, yakni yang ingin menyamai penutur asli, dan
percaya diri biasanya lebih berhasil daripada pembelajar B2 yang bermotivasi
dan percaya diri. Sikap positif ini mendukung dua hasil (1) pembelajar menerima
dorongan untuk memperoleh masukan yang
lebih banyak lagi (2) pembelajar menjadi lebih reseptif menerima masukan yang
diperoleh sehingga kemajuannya lebih cepat.[4]
Dari
penjelasan diatas dapat kami ringkas bahwa Klein berasumsi tentang pemerolehan
bahasa, baik itu B1 atau B2 memiliki suatu rangkaian proses yang sama. Berbeda
dengan Krashen yang berasumsi bahwa segala hipotesis yang ia kemukakan
disandarkan dengan proses alamiah atau dengan pendekatan alamiah.
C.
Pemerolehan Bahasa oleh Anak- Anak
Setiap anak yang normal pertumbuhan pikirannya akan
belajar B1 atau bahasa ibu dalam tahun-tahun pertama dalam hidupnya, dan proses
ini terjadi kira-kira pada umur 5 tahun. Sesudah itu, pada masa pubertas hingga
menginjak dewasa sekitar 12 sampai 20 tahun, anak itu akan tetap belajar B1.
Sesudah pubertas keterampilan bahasa anak tidak banyak kemajuanya, meskipun
dalam beberapa hal, umpamanya dalam kosa kata, ia belajar B1 terus-menerus
dalam hidupnya. Pemerolehan B1 kita anggap bahasa yang formal bagi anak karena
bahasa ini yang paling mantap pengetahuan dan penggunaannya.
Ketika seorang anak sedang memperoleh bahasa
B1nya, terjadi dua proses, yaitu proses kompetensi dan proses performasi. Kedua
proses ini merupakan proses yang berlainan. Kompetensi adalah proses penguasaan
tata bahasa yang berlangsung secara tidak disadari. Proses kompetensi ini
menjadi syarat untuk terjadinya proses performasi yang menyangkut proses
pemahaman dan proses memproduksi ujaran. Proses pemahaman melibatkan kemampuan
mempersepsi kalimat yang didengar. Sedangkan proses memproduksi ujaran menjadi kemampuan
linguistik selanjutnya.[5]. Dalam proses kompetensi ini mencakup
kompetensi Semantik (memaknai bahasa), kompetensi
Sintaksis (membentuk
kalimat), dan juga kompetensi Fonologis (mengkaji bunyi bahasa). Sedangkan pada
tahap proses performansi anak melalui dua tahapan proses pemahaman yang
didalamnya anak mengalami proses mengamati dan mempresepsi setiap apa yang
dilihat. Kedua, tahap proses penerbitan. Pada tahapan ini anak mulai
memproduksi kata sampai kalimat-kalimat. Saat anak tuntas melalui proses
performansi inilah anak dikatakan mempunyai kompetensi linguistik.[6]
Berkaitan dengan pemerolehan bahasa, setidaknya
anak-anak memperoleh dan mempelajari paling sedikit satu bahasa, kecuali
anak-anak yang secara fisik mengalami gangguan fisik atau cacat. Menurut para
ahli, anak akan mencapai tingkat penguasaan bahasa orang dewasa dalam waktu
kurang lebih 25 tahun. Selanjutnya, anak selalu berusaha menyempurnakan
pemerolehannya dengan menambah penguasaan kosa kata, mempertajam pemahaman akan
tata bahasa, dan hal-hal lain yang menyangkut seluk beluk bahasa ini.[7]
Untuk mengetahui bagaimana perkembangan
bahasa seseorang, dalam hal ini anak, berikut ini akan diketengahkan
tahap-tahap perkembangan itu secara kronologis oleh Mackey.
Anak mulai mengenal suara
manusia, ingatan yang sederhana mungkin sudah ada, tapi belum tampak. Segala
sesuatu masih terkait dengan apa yang dilihatnya, koordinasi antara pengertian
dan apa yang diucapkannya belum jelas. Anak mulai tersenyum dan mulai membuat
suara-suara yang belum teratur.
Umur 6 Bulan
Anak sudah mulai bisa
membedakan antara nada yang “halus” dan nada yang “kasar”. Dia mulai membuat
vokal seperti “aÉÉ.aÉ..aÉÉaÉÉ”.
Umur 9 Bulan
Anak
mulai bereaksi terhadap isyarat. Dia mulai mengucapkan bermacam-macam suara dan
tidak jarang kita bisa mendengar kombinasi suara yang menurut orang dewasa
suara yang aneh.
Umur
12 Bulan
Anak
mulai membuat reaksi terhadap perintah. Dia gemar mengeluarkan suara-suara dan
bisa diamati, adanya beberapa kata tertentu yang diucapkannya untuk mendapatkan
sesuatu.
Umur
18 Bulan
Anak
mulai mengikuti petunjuk. Kosa katanya sudah mencapai sekitar duapuluhan. Dalam
tahap ini komunikasi sudah mulai tampak. Kalimat dengan satu kata sudah
digantinya dengan dua kata.
Umur
2-3 Tahun
Anak
sudah bisa memahami pertanyaan dan perintah sederhana. Kosa katanya (baik yang
pasif maupun yang aktif) sudah mencapai beberapa ratus. Anak sudah bisa
mengutarakan isi hatinya dengan kalimat sederhana.
Umur
4-5 Tahun
Pemahaman
anak makin mantap, walaupun masih sering bingung dalam hal-hal yang menyangkut
waktu (konsep-konsep waktu masih belum bisa dipahaminya dengan jelas). Kosa
kata aktif bisa mencapai dua ribuan, sedangkan yang pasif sudah makin banyak
jumlahnya. Anak mulai belajar berhitung dan kalimat-kalimat yang agak rumuit
digunakannya.
Umur
6-8 Tahun
Tidak
ada kesukaran untuk memahami kalimat yang biasa dipakai orang dewasa
sehari-hari. Mulai belajar membaca dan aktifitas ini dengan sendirinya menambah
perbendaharaan katanya. Mulai membiasakan diri dengan pola kalimat yang agak
rumit dan B1 pada dasarnya sudah dikuasainya ssebagai alat komunikasi.[8]
Rentang waktu diatas adalah proses
perkembangan terjadinya pemerolehan bahasa. Pemerolehan bahasa juga dapat
memungkinkan seorang anak mendapatkan pembelajaran bahasa. Keselurahan
rangkaian proses diatas disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain faktor
keluarga, lingkungan, dan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
a) Kesimpulan
Ada beberapa perbedaan yang terdapat
dalam pemerolehan bahasa dan pengajaran bahasa. Pemerolehan bahasa merupakan
suatu proses pemerolehan bahasa ibu atau B1, terjadi tanpa disadari dan
bersifat spontan. Sedangkan pengajaran bahasa merupakan suatu proses
pemerolehan bahasa kedua atau B2 yang terjadi secara sadar dan terstruktur.
Tokoh yang mengasumsikan tentang
masalah pemerolehan bahasa kedua, diantaranya adalah Klein dan Krashen. Klein
berasumsi tentang pemerolehan bahasa, baik itu B1 atau B2 memiliki suatu
rangkaian proses yang sama. Berbeda dengan Krashen yang berasumsi bahwa segala
hipotesis yang ia kemukakan disandarkan dengan proses alamiah atau dengan
pendekatan alamiah.
Rentang waktu dari mulai bayi hingga beranjak dewasa adalah suatu proses
perkembangan terjadinya pemerolehan bahasa. Pemerolehan bahasa juga dapat
memungkinkan seorang anak mendapatkan pembelajaran bahasa. Keselurahan
rangkaian proses diatas disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain faktor
keluarga, lingkungan, dan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer,
Abdul, 2009, Psikolinguistik: Kajian Teoritik, Jakarta: Rineka Cipta.
Dardjowidjojo,
Soenjono, 2005, Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia,
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Hasanah,
Mamluatul, 2010, Proses Manusia Berbahasa: Perspektif Al-Qur’an dan
Psikolinguistik, Malang: UIN- Maliki Press.
Iskandarwassid
dan Dadang Sunendar, 2013, Strategi Pembelajaran Bahasa, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset.
Nur
Indah, Rohmani dan Abdurrahman, 2008, Psikolinguistik, Konsep & Isu
Umum, Malang: UIN-Malang Press.
Pemerolehan bahasa.
Beda pemerolehan dan pengajaran bahasa
Asumsi tentang pemerolehan bahas akedua
Pemerolehan bahasa oleh anak- anak
[1] Soenjono Dardjowidjojo, Psikolinguistik:
Pengantar Bahasa Manusia, ( Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), hlm
225.
[3] Rohmani Nur Indah dan Abdurrahman, Psikolinguistik,
Konsep & Isu Umum, (Malang, UIN-Malang Press, 2008), hlm 79.
[6] Mamluatul Hasanah, Proses Manusia Berbahasa: Perspektf Al-Quran dan
Psikolinguistik, (Malang, UIN-Maliki Press, 2010), hlm. 56.
[7] Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa,
(Bandung, PT Remaja Rosdakarya Offset, 2013), hlm. 85.