Anglaras ilining banyu angeli, ananging ora keli.
Uninga sucining gandaning nabi
Artinya: Mengalir seperti air, tapi tidak hanyut terbawa arus
Selalu ingat
akan kesucian harum atau ajaran Nabi
Sebelum Islam datang ke pulau Jawa,
masyarakat yang tinggal didalamnya hidup dengan suatu perangkat pengetahuan, nilai, norma, etika,dan
aturan yang dijadikan pedoman dalam bertindak, ini kemudian disebut dengan
kebudayaan. Animisme, Dinamisme, Hindu dan Budha merupakan Kebudayaan
masyarakat Jawa yang bernuansa spritual sebelum Islam datang. Islamisasi
masyarakat Jawa secara besar-besaran baru terjadi pada abad ke-15 dan ke-16
dengan ditandai jatuhnya kerajaan Majapahit pada tahun 1478 M dan berdiriya
kerajaan Demak.
Islam masuk ke pulau Jawa pada saat
keadaan dunia Islam yang mengalami kemunduran dalam berbagai hal, aspek
tasawuf/ mistik/ tarekat adalah satu-satunya aspek dalam dunia Islam yang
berkembang pada saat itu. Kemunduran ini mengakibatkan dampak negatif, yaitu
Islam yang masuk ke pulau Jawa adalah Islam yang berbau mistik. Namun berkembangnya
aspek mistik ini, meringankan Walisongo dalam menyiarkan dan mengajarkan Islam
kepada masyarakat sehingga lebih mudah diterima, ini telah membuahkan
Islamisasi besar-besaran di pulau Jawa tanpa gejolak yang berarti.
Dengan Islamisasi besar-besaran ini,
bukan berarti mereka menghapuskan tradisi dan kepercayaan lokal secara radikal
dan frontal, tetapi yang mereka hilangkan hanyalah hal-hal yang jelas
bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam, lalu diganti dengan unsur-unsur dari
ajaran Islam. Disinilah terjadi akulturasi dan sinkretisasi antara tradisi dan
kepercayaan lokal di suatu pihak, dengan ajaran dan kebudayaan Islam di pihak
lain. Selanjutnya terjadi perpaduan antara unsur-unsur pra Hindu-Budha, dan
Islam. Maka kebudayaan Jawa menyerap unsur-unsur budaya tersebut sehingga
menyatulah unsur pra Hindu, Hindu-Jawa, dan Islam.
Perkara ini sesuai dengan perkataan
Sunan Kalijaga yang berbunyi, “ Anglaras ilining banyu angeli”, dalam bahasa
Indonesia ini berarti mengalir seperti air. Maksudnya adalah para wali
membiarkan adat istiadat Jawa tetap hidup, tetapi diberi warna keislaman dan
masyarakat harus mampu mengikuti perkembangan sosial budaya masyarakat global.
Hemat penulis, Sunan Kalijaga bermaksud agar manusia tidak harus menentang
sebuah perubahan selama perubahan itu positif.
Selanjutnya, Sunan Kalijaga juga
menambahakan, “Ananging ora keli”, arti kalimat ini adalah tapi tidak hanyut terbawa arus.
Kalimat ini bermakna budaya pada hakikatnya menerima unsur budaya lain dan
bersifat terbuka, karena budaya berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan
tidak terlepas dari unsur budaya lainnya. Interaksi yang terjadi antara manusia
yang satu dengan yang lainnya memungkinkan bertemunya unsur-unsur budaya yang
ada dan saling mempengaruhi satu sama lain. Dengan pegangan agama, yakni;
tauhid dan akhlaq sehingga tidak hanyut oleh perkembangan dan kebebasan yang
tak terbatas.
“Uninga sucining gandaning Nabi”, melengkapi kata-kata Sunan Kalijaga yang artinya
adalah selalu ingat atau sadar
akan kesucian harum atau ajaran Nabi. Dalam kata-kata ini, Suanan
Kalijaga mengingatkan kita bahwa jangan sekali-kali lupa akan kesucian dan
keagungan ajaran Nabi Muhammad SAW. Kalimat ini menunjukkan bayangan Sunan
Kalijaga akan gambaran perkembangan budaya yang sangat pesat dan umat muslim
tidak bisa menghindari pesatnya kemajuan tersebut, yang dewasa ini dinamakan
dengan globalisasi. Dengan berpegang teguh kepada ajaran Nabi, maka Islam pada diri
muslimin tidak akan hilang jika budaya menguat.
Jadi, makna dari serat Lokajaya, Lor 11.629 ini adalah
sebagai seorang yang beragama dana berbudaya tentu kita harus tetap mengikuti
perkembangan zaman yang ada, akan tetapi jangan sampai terbawa arus negatifnya
dan hendaknya kita selalu ingat dan yakin akan kesucian dan keagungan ajaran
Nabi Muhammad SAW. Tetaplah berpegang teguh dengan ajaran-ajaranya dan
lestarikan kebudayaan lokal, karena umat islam sejatinya nanti akan dihadapkan
banyak hal-hal negatif dengan seiring berjalannya waktu. Apabila seseorang tidak
memiliki prinsip dan karakter yang kuat dalam hidupnya, maka ia akan sangat
mudah terbawa arus akan hal-hal negatif di sekelilngnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar