Selasa, 03 Oktober 2017

serat Lokajaya, Lor 11.629



Anglaras ilining banyu angeli, ananging ora keli.
Uninga sucining gandaning nabi
 
Artinya: Mengalir seperti air, tapi tidak hanyut terbawa arus
            Selalu ingat akan kesucian harum atau ajaran Nabi
                          
Sebelum Islam datang ke pulau Jawa, masyarakat yang tinggal didalamnya hidup dengan suatu  perangkat pengetahuan, nilai, norma, etika,dan aturan yang dijadikan pedoman dalam bertindak, ini kemudian disebut dengan kebudayaan. Animisme, Dinamisme, Hindu dan Budha merupakan Kebudayaan masyarakat Jawa yang bernuansa spritual sebelum Islam datang. Islamisasi masyarakat Jawa secara besar-besaran baru terjadi pada abad ke-15 dan ke-16 dengan ditandai jatuhnya kerajaan Majapahit pada tahun 1478 M dan berdiriya kerajaan Demak.
Islam masuk ke pulau Jawa pada saat keadaan dunia Islam yang mengalami kemunduran dalam berbagai hal, aspek tasawuf/ mistik/ tarekat adalah satu-satunya aspek dalam dunia Islam yang berkembang pada saat itu. Kemunduran ini mengakibatkan dampak negatif, yaitu Islam yang masuk ke pulau Jawa adalah Islam yang berbau mistik. Namun berkembangnya aspek mistik ini, meringankan Walisongo dalam menyiarkan dan mengajarkan Islam kepada masyarakat sehingga lebih mudah diterima, ini telah membuahkan Islamisasi besar-besaran di pulau Jawa tanpa gejolak yang berarti.
Dengan Islamisasi besar-besaran ini, bukan berarti mereka menghapuskan tradisi dan kepercayaan lokal secara radikal dan frontal, tetapi yang mereka hilangkan hanyalah hal-hal yang jelas bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam, lalu diganti dengan unsur-unsur dari ajaran Islam. Disinilah terjadi akulturasi dan sinkretisasi antara tradisi dan kepercayaan lokal di suatu pihak, dengan ajaran dan kebudayaan Islam di pihak lain. Selanjutnya terjadi perpaduan antara unsur-unsur pra Hindu-Budha, dan Islam. Maka kebudayaan Jawa menyerap unsur-unsur budaya tersebut sehingga menyatulah unsur pra Hindu, Hindu-Jawa, dan Islam.
Perkara ini sesuai dengan perkataan Sunan Kalijaga yang berbunyi, “ Anglaras ilining banyu angeli”, dalam bahasa Indonesia ini berarti mengalir seperti air. Maksudnya adalah para wali membiarkan adat istiadat Jawa tetap hidup, tetapi diberi warna keislaman dan masyarakat harus mampu mengikuti perkembangan sosial budaya masyarakat global. Hemat penulis, Sunan Kalijaga bermaksud agar manusia tidak harus menentang sebuah perubahan selama perubahan itu positif.
Selanjutnya, Sunan Kalijaga juga menambahakan, “Ananging ora keli”, arti kalimat ini adalah tapi tidak hanyut terbawa arus. Kalimat ini bermakna budaya pada hakikatnya menerima unsur budaya lain dan bersifat terbuka, karena budaya berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan tidak terlepas dari unsur budaya lainnya. Interaksi yang terjadi antara manusia yang satu dengan yang lainnya memungkinkan bertemunya unsur-unsur budaya yang ada dan saling mempengaruhi satu sama lain. Dengan pegangan agama, yakni; tauhid dan akhlaq sehingga tidak hanyut oleh perkembangan dan kebebasan yang tak terbatas.
“Uninga sucining gandaning Nabi”, melengkapi kata-kata Sunan Kalijaga yang artinya adalah  selalu ingat atau sadar akan kesucian harum atau ajaran Nabi. Dalam kata-kata ini, Suanan Kalijaga mengingatkan kita bahwa jangan sekali-kali lupa akan kesucian dan keagungan ajaran Nabi Muhammad SAW. Kalimat ini menunjukkan bayangan Sunan Kalijaga akan gambaran perkembangan budaya yang sangat pesat dan umat muslim tidak bisa menghindari pesatnya kemajuan tersebut, yang dewasa ini dinamakan dengan globalisasi. Dengan berpegang teguh kepada ajaran Nabi, maka Islam pada diri muslimin tidak akan hilang jika budaya menguat.
Jadi, makna dari serat Lokajaya, Lor 11.629 ini adalah sebagai seorang yang beragama dana berbudaya tentu kita harus tetap mengikuti perkembangan zaman yang ada, akan tetapi jangan sampai terbawa arus negatifnya dan hendaknya kita selalu ingat dan yakin akan kesucian dan keagungan ajaran Nabi Muhammad SAW. Tetaplah berpegang teguh dengan ajaran-ajaranya dan lestarikan kebudayaan lokal, karena umat islam sejatinya nanti akan dihadapkan banyak hal-hal negatif dengan seiring berjalannya waktu. Apabila seseorang tidak memiliki prinsip dan karakter yang kuat dalam hidupnya, maka ia akan sangat mudah terbawa arus akan hal-hal negatif di sekelilngnya.



  






Tidak ada komentar:

Posting Komentar