Senin, 16 September 2019

My PLP-KKN Short Story at Betong, Yala, Thailand.


Kelompok 2 PLP-KKN Integratif Luar Negri FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: Mengembangkan Kompetensi Keguruan dan Mengembalikan Semangat Kebudayaan Melayu di Betong, Yala, Thailand.
            Kelompok 2 Perkenalan Lapangan Persekolahan-Kuliah Kerja Nyata (PLP-KKN) Integratif Luar Negri Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, telah menyelesaikan masa pengabdiannya di Betong, Yala, Thailand.
            Ada empat kompetensi yang harus menyatu dalam pribadi calon guru, yaitu kompetensi pedagogik, profesional, personal, dan sosial. Kegiatan PLP-KKN Integratif Luar Negri pun dilaksanakan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memperkuat kompetensi mahasiswa/i nya dalam menghadapi perkembangan pendidikan dan dunia kerja dalam cakupan yang lebih luas, serta mendapatkan pengalaman sebagai calon guru secara langsung dan optimal pada satu lembaga pendidikan, yang pada periode ini dilaksanakan di Khoiriyah Wittaya Mulnithi Betong, Yala, Thailand sebagai salah satu sekolah ad-diniyah tingkat MTs dan MA yang terletak dikota Betong dengan tenaga pendidik berjumlah 48 orang dan 476 peserta didik.
            Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) yang dilaksanakan di Khoiriyah Wittaya Munithi meliputi observasi pembelajaran, dimana mahasiswa PLP mengamati guru mengajar dikelas yang dilakukan minimal 3 kali. Praktik pembelajaran yang terdiri dari penyusunan persiapan pembelajaran, pelaksanaan hingga evaluasi yang dilakukan 4-6 kali bahkan lebih berdasarkan jadwal dan dan menggantikan guru yang berhalangan masuk kelas.
            Kegiatan ini ditambah dengan praktik persekolahan yang berisikan kegiatan persekolahan yang dibebankan oleh pihak sekolah kepada mahasiswa PLP. Selama masa pengenalan lingkungan persekolahan, setidaknya mahasiswa yang tergabung dalam kelompok II PLP-KKN Integratif Luar Negri ini ikut berpartisipasi dalam beberapa kegiatan sekolah, antara lain:
            Pertama, Kegiatan Rabnong atau yang lebih dikenal dengan istilah Matsama (Masa Ta’aruf Siswa Madrasah), dalam kegiatan ini mahasiswa PLP diminta secara bergantian untuk memberikan motivasi kepada siswa/i baru.
            Kedua, Kegiatan Cum Num atau yang lebih dikenal dengan istilah ektrakurikuler, kegiatan yang dilaksanakan satu bulan sekali di hari Jum’at ini memiliki banyak sub Cum Num. Mahasiswa PLP pun ikut membimbing jalannya kegiatan berdasarkan potensi yang dimiliki.
             Ketiga, membantu mempersiapkan kegiatan Khoiri Game 2019 (Sukan Warna), acara yang lebih dikenal dengan class meeting ini memiliki konsep berbeda dengan yang  ada di Indonesia. Dimana semua siswa/i dibagi pada beberapa kelompok warna yang berbeda, dimeriahkan dengan pawai dan beberapa cabang perlombaan olahraga. Acara ini berlangsung sangat meriah, karena merupakan acara tahunan dan siswa/i menunjukkan kreatifitas serta bakat-bakat mereka dibidang olahraga.
            Keempat, membimbing qira’ati. Qira’ati adalah kegiatan tahsinulqur’an yang dilaksanakan setelah apel pagi di Khoiriyah Wittaya Mulnithi. Dalam pelaksanaannya, siswa/i dibagi ke dalam beberapa kelompok, yaitu kelompok qira’ati (iqro’), Al-Qur’an, dan tahfizhul Qur’an.
            Kelima, membantu mempersiapkan dan mengawas ujian tengah semester. Mahasiswa PLP diminta untuk mengklasifikasikan soal-soal dari guru-guru dan mengawas jalannya ujian bersama guru pengawas lainnya.
            Keenam, mengisi mading sekolah. Konten mading sekolah diisi sesuai dengan peringatan hari besar. Mahasiswa PLP juga diberi kepercayaan untuk mengisi mading sekolah yang terdapat di depan halaman sekolah dengan konten-konten yang sesuai dengan peringatan hari besar, contohnya: peringatan hari ibu.
            Ketujuh, menyambut kedatangan siswa/i sebelum apel pagi berdasarkan jadwal piket yang telah ditentukan. Selain untuk menyapa siswa/i, ini juga bertujuan untuk mengecek kerapian. Kedelapan, memberikan nasihat pada siswi-siswi yang berhalangan shalat. Di Khoiriyah Wittaya Mulnithi, siswi-siswi yang berhalangan shalat dikumpulkan pada saat jam shalat zuhur dilaksanakan, untuk memberikan beberapa siraman rohani ataupun motivasi.
            Selain itu, mahasiswa PLP juga berkesempatan untuk belajar mengenai administrasi persekolahan, antara lain: administrasi pembelajaran, kurikulum, perpustakaan, dan penerimaan peserta didik baru. Kegiatan-kegiatan diatas diyakini mampu memperkuat dan berhasil mengembangkan kompetensi keguruan mahasiswa PLP-KKN Integratif Luar Negri UIN Sunan Klaijaga Yogyakarta, serta mampu meninggalkan kesan yang baik untuk sekolah. Dr. Paisal Bantoonampha selaku kepala yayasan Khoiriyah Wittaya Mulnithi di acara perpisahan mahasiswa PLP pada 28 Agustus 2019 mengaku senang dengan kedatangan mahasiswa PLP di sekolahnya. Begitu pula dengan Koordinator guru pembimbing  yang bernama Ustad Ruslan Luding. Beliau merasa sedih saat harus berpisah dengan mahasiswa PPL.
            Jiwa sosial mahasiswa PLP-KKN Integratif Luar Negri FITK UIN Sunan Kalijaga pun kembali diasah saat melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Betong, Yala, Thailand. Betong merupakan sebuah kota di Thailand Selatan dengan kondisi penduduk yang beragam. Letak Geografis kota Betong yang diapit oleh perbukitan mempengaruhi mata pencarian penduduknya yang mayoritas adalah petani dan pekebun. Secara kultur, masyarakat Betong sangat lekat dengan kebudayaan Melayu dalam aspek agama, bahasa, makanan, dan aktivitas sehari-hari. Mayoritas masyarakat Betong beragama Islam, dan sebagian yang lain beragama Buddha dan Kristen. Bahasa yang acap kali digunakan oleh penduduk setempat adalah Melayu. Cita rasa Melayu pun juga tercermin dalam kuliner masyarakat Betong.
            Seorang anggota Persatuan Pemuda Kampung Benang Sinae bernama Asrudin memaparkan bahwa budaya Melayu di Betong mulai luntur seiring perkembangan zaman. Hal ini terlihat jelas pada penggunaaan bahasa Melayu yang bergeser menjadi bahasa ke-dua. Organisasi tersebut kemudian berupaya merawat etos luhur Melayu dengan menyelenggarakan acara “One Day at My Kampoeng”, yang terdiri dari berbagai kegiatan, seperti pawai, pergelaran seni berupa tarian dan nyanyian, mendirikan booth, dan talk show yang bernuansa Melayu.
            Dalam acara tersebut, Kelompok 2 PLP-KKN Integratif Luar Negri FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta berpartisipasi dalam melatih tari Saman anak-anak Tadika Darul Athfal Kampung Benang Sinae untuk  ditampilkan pada puncak acara. Proses latihan yang dilaksanakan hanya dalam waktu sepekan tersebut, mengundang decak kagum dan apresiasi dari masyarakat yang menyaksikan. Sebab anak-anak tadika Darul Athfal berhasil menampilkan tarian yang terbilang jarang ditemui disana. “Kami sangat berterima kasih atas kerja sama yang telah kawan-kawan lakukan selama ini dan kami berjanji akan melestarikan tari Saman ini di kampung kami”, Ujar Najmudin selaku Ketua pelaksana acara.
            Dalam acara yang sama, Kelompok 2 PLP-KKN Integratif Luar Negri FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta juga mendirikan sebuah booth yang berisikan sejarah Islam Melayu, tokoh-tokoh Melayu terkenal, bahasa Melayu, Hari-hari besar Islam, Makanan khas Melayu, dan pakian adat Melayu. Dengan diadakannya acara tersebut, terbentuklah sebuah kerjasama sosial kemasyarakatan antara masyarakat kampung Benang Sinae dan Kelompok 2 PLP-KKN Integratif Luar Negri FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
            Selain itu, untuk mengisi kegiatan sosial keagamaan, kelompok 2 PLP-KKN Integratif Luar Negri FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta beberapa kali menghadiri sekaligus memantiq pengajian rutin ibu-ibu yang dilaksanakan di kampung Benang Sinae setiap hari Jum’at pagi dan Sabtu malam di desa Kapeh Hulu. Sementara, Tahsinulqur’an dilaksan akan di setiap Senin malam bersama anak-anak pondok Khoiriyah Wittaya Munithi, Betong, Yala, Thailand, sekolah tempat dilaksanakannya Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP).  
            Kegiatan di hari Sabtu pagi juga diwarnai dengan kunjungan ke Tadika Darul Athfal kampung Benang Sinae dan Tadika kampung Kapeh Hulu. Disana kami mengajarkan mereka sedikit demi sedikit tentang bahasa Indonesia, dimulai dari abjad bahasa Indonesia dan angka-angka yang diselingi dengan permainan-permainan yang membuat mereka bersemangat dalam mengikuti kegiatan.
            PLP-KKN Integratif Luar Negri FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berlangsung satu setengah bulan (17 Juli-28 Agustus 2019) ini adalah waktu yang terbilang singkat untuk dapat mengenal budaya suatu negara. Sekalipun demikian, budaya selalu tercermin dari pola interkasi masyarakat yang berasaskan etos gotong royong dan bermusyawarah. Selaras dengan yang disampaikan oleh Majdi, selaku wakil ketua persatuan pemuda kampung Benang Sinae menyatakan bahwa nudaya gotong royong terepresentasikan dalam peringatan hari besar Islam, kenduri, syukuran warga, makanan, hingga tempat wisata yang ada di Betong, Yala, Thailand sebagai bentuk studi culture.
            Dari serangkaian program kerja yang telah terlaksana tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa rencana program kelompok (RPK) KKN untuk melaksanakan program sosial kemasyarakatan, program sosial keagamaan, dan program pendidikan dan literasi pun terwujud.
            Asrudin menyatakan perasaan sennag dan gembira atas keberadaan mahasiswa KKN Integratif FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Ia berpesan agar selalu menjaga tali silaturrahmi ini dan tidak sungkan untuk berkunjung kembali ke kota Betong. Adanya PLP-KKN Integratif Luar Negri FITK UIN Sunan Kalijaga yogyakarta ini, merupakan langkah awal Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan agar dapat mewujudkan cita-cita UIN Sunan Kalijaga sebagai World  Class University.
           
           


Sabtu, 13 April 2019

Penelitian Studi Kasus


  METODE PENELITIAN STUDI KASUS DALAM PENELITIAN KUALITATIF
Auliya Akbar Rahmatullah[1]
Zaimatuz Zakiyah[2]

Abstrak
Sebagai suatu metode penelitian, studi kasus kerap digunakan dalam penelitian kualitatif dimana dalam pelaksanaannya peneliti berupaya untuk menguraikan secara komprehensif dan mendalam tentang individu, kelompok, program, organisasi, atau fenomena-fenomena lainnya yang ada dalam kehidupan nyata. Tujuan artikel ini adalah untuk memberikan konsep dasar studi kasus berupa pengertian, ciri-ciri, dan macam-macamnya, kemudian langkah-langkah, contoh, serta kelebihan dan kekurangan studi kasus berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan oleh para ahli. Tulisan ini secara khusus akan membahas studi kasus yang digunakan dalam penelitian kualitatif. Sebab, pada realitanya studi kasus juga dapat diterapkan dalam penelitian kuantitatif, yaitu penelitian ex post de facto.  Artikel ini akan membantu para peneliti, khususnya peneliti pemula untuk mengenali metode penelitian studi kasus, sehingga mereka mempunyai bekal yang cukup ketika melakukan penelitian.
Kata kunci: Metode Penelitian, Studi Kasus, Kualitatif.
Pendahuluan
            Metode penelitian studi kasus memperoleh banyak kritik karena anggapan yang menyatakan bahwa analisis metode penelitian ini lemah, tidak objektif, penuh bias, dan sangat berbeda dengan beberapa metodologi penelitian dalam penelitian kuantitatif yang menganalisis datanya menggunakan statistik. Namun demikian, metode penelitian studi kasus tetap digunakan khususnya dalam studi ilmu sosial da terapan, salah satunya pendidikan.
            Disamping itu, metode ini semakin meluas digunakan oleh para peneliti untuk kebutuhan skripsi, tesis, bahkan disertasi karena dengan metode ini, peneliti dapat mengeksplorasi dan mengelaborasi suatu kasus secara komprehensif dan mendalam. Oleh karena itu, peneliti pemula dianjurkan untuk mendalami metode penelitian studi kasus untuk mempeluas wawasan. Dengan berbagai alasan tersebut, maka peneliti pemula perlu mengetahui metode penelitian studi kasus baik secara konseptual maupun prosedural.
Pembahasan
1.      Konsep Dasar Penelitian Studi Kasus
1.1  Pengertian Penelitian Studi Kasus
             Istilah Studi Kasus berasal dari terjemahan bahasa Inggris , yaitu A Case Study atau Case Studies. Dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English, kata case berarti 1) contoh kejadian sesuatu 2) kondisi aktual dari keadaan atau situasi, dan 3) lingkungan atau kondisi tertentu tentang orang atau sesuatu.[3]
Menurut para ahli, Penelitian Studi Kasus memiliki pengertian sebagai berikut:
a.    Prof. Dr. Robert K. Yin[4]
        Dalam karyanya yang berjudul “Studi Kasus: Desain dan Metode”, Robert K. Yin menuliskan bahwa penelitian Studi Kasus adalah penelitian yang berupaya untuk menyelidiki suatu fenomena di dalam konteks kehidupan nyata apabila batas-batas antara fenomena dan konteks tersebut tidak tampak jelas dan multi sumber data yang ada dapat dimanfaatkan sebagai instrumen pengumpulan data.            Ia juga membedakan antara penelitian Studi Kasus dengan penelitian Eksperimen dan  penelitian Survei. Penelitian Eksperimen dengan sengaja memisahkan antara fenomena dengan konteksnya agar penelitian dapat difokuskan ke dalam beberapa variabel. Penelitian Survei membahas fenomena dan konteks, akan tetapi konteks yang diteliti sangatlah terbatas karena peneliti membatasi jumlah variabel yang dianalisis dan pertanyaan yang terdapat dalam survei pun terbatas.
b.   Mulyana[5]
        Menurutnya, Penelitian Studi Kasus adalah penelitian dimana peneliti berupaya secara seksama dengan berbagai cara mengkaji sejumlah besar variabel mengenai suatu kasus khusus. Dengan mempelajari semaksimal mungkin seorang individu, suatu kelompok, atau suatu kejadian, peneliti bertujuan memberikan uraian yang lengkap dan mendalam mengenai subyek yang diteliti.
c.    M. Hariwijaya[6]
        Studi Kasus adalah metode penelitian yang menggunakan sebanyak mungkin data yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan dan menjelaskan secara menyeluruh tentang individu, kelompok, suatu program, organisasi, atau peristiwa secara sistematis.
        Penelitian ini menggunakan berbagai instrumen pengumpulan data, yaitu: 1) wawancara, 2)observasi 3) dokumentasi, 4) kuisioner (hasil survei), 5) rekaman, 6) bukti-bukti fisik, dan lain sebagainya.
        Jadi, dapat disimpulkan bahwa penelitian Studi Kasus adalah penelitian yang komprehensif tentang individu, kelompok, program, organisasi, atau fenomena-fenomena yang ada dalam kehidupan nyata dengan menggunakan berbagai instrumen pengumpulan data untuk menguraikan secara lengkap dan mendalam tentang subyek yang diteliti.
1.2  Ciri-Ciri Peneltian Studi Kasus[7]
a         Partikularistik
Penelitian ini terfokus pada situasi, peristiwa, program dan fenomena tertentu.
b        Deskriptif
Hasil penelitian ini merupakan deskripsi detail dari topik yang diteliti.
c         Heuristik
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan interpretasi, prespektif, dan makna yang baru sehingga membantu khalayak memahami apa yang sedang diteliti.
d        Induktif
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fakta yang terjadi di lapangan, lalu disimpulkan dalam konsep ataupun teori.
1.3  Macam-Macam Penelitian Studi Kasus
            Menurut Endraswara, penelitian studi kasus dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Studi Kasus Retrospektif yang bersifat kuratif dan memungkinkan adanya tindak lanjut untuk memberbaiki suatu kasus. Tindak lanjut ini tidak harus dilakukan oleh peneliti, tetapi bisa dilakukan oleh yang lebih berkompeten, 2) Studi Kasus Prospektif yang diperlukan untuk menemukan kecendrungan dan arh perkembangan suatu kasus. Tindak lanjutnya adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh pihak yang berkompeten.[8]
2.       Langkah-Langkah Penelitian Studi Kasus[9]
a.       Pemilihan tema, topik dan kasus. Kasus bisa diperoleh dari hasil pengamatan peneliti, pengalaman, buku, majalah ilmiah, koran, mengikuti pertemuan ilmiah, diskusi, dan lain sebagainya. setelah sumber-sumber bacaan diperoleh, peneliti membacanya untuk menetukan tema besar penelitian. Dari tema tersebut akan terbentuk sebuah topik. Topik ditentukan untuk mendapatkan objek kajian, lalu terbentuklah judul penelitian. Kasus yang harus menjadi pertimbangan peneliti antara lain: 1) hakikat kasus, 2) latar belakang terjadinya kasus, 3) setting fisik kasus 4) konteks yang berhubungan dengan kasus, baik itu dari aspek ekonomi, politik, sosial, dan lain-lain, 5) kasus lain yang berhubungan, 6) informasi yang mendukung.
b.      Pembacaan literatur. Langkah ini penting untuk memperluas wawasan peneliti di bidang yang akan diteliti dan mempertajam rumusan masalah yang diajukan dengan mempertimbangakn aspek relevansi bacaan yang dibaca dengan topik yang dibahas yang kemutakhiran (novelty).
c.       Perumusan fokus dan masalah penelitian. Langkah ini bertujuan agar peneliti bisa berkonsentrasi pada satu fokus bahasan.
d.      Pengumpulan data. Untuk mengetahui kelengkapan data, peneliti dapat membaca keseluruhan data dengan merujuk ke rumusan masalah yang diajukan.
e.       Pengolahan data, diantaranya: peneliti mengecek kebenaran data, menyusun data, melaksanakan penyandian, mengklasifikasi data, mengoreksi jawaban wawancara yang kurang jelas.
f.       Analisis data. Dari tahap ini peneliti akan memperoleh informasi penting berupa temuan penelitian.
g.       Proses analisis data. Dalam proses ini peneliti memaknai data dengan mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikannya menjadi bagian-bagian berdasarkan pengelompokkan tertentu.
h.      Dialog teoritik, yaitu melakukan dialog temuan tersebut dengan teori yang telah dibahas dibagian kajian pustaka.
i.        Triangulasi temuan atau yang sering disebut dengan komfirmabilitas yakni denan melaporkan temuan penleitian kepada informan yang diwawancarai.
j.        Simpulan hasil penelitian.
k.      Laporan penelitian.

3.      Contoh Penelitian Studi Kasus[10]
a.       Judul penelitian
“PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DALAM SISTEM BOARDING SCHOOL
(Studi Kasus di MA Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta)”
b.      Latar belakang
            Proses pembelajaran bahasa Arab siswa kelas XI MA Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta, dimana sekolah tersebut mempunyai progrma unggulan yaitu sistem boarding school, yaitu kelas XI MA Nurul Ummah harus tinggal di asrama yang didalamnya terdapat berbagai macam kegiatan. Salah satunya yaitu pembelajaran bahasa Arab Madrasah Diniyyah. Selain itu proses pembelajaran bahasa Arab juga berlangsung di MA Nurul Ummah.
c.       Rumusan Masalah
1)      Bagaimana sistem boarding school yang diterapkan di MA Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta?
2)      Bagaimana implementasi pembelajaran bahasa  arab dalam sistem boarding school siswa MA Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta?
3)      Bagaimana dampak pembelajaran bahasa Arab dengan sistem boarding school terhadap prestasi bahasa Arab siswa MA Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta?
d.      Tujuan Penelitian
1)      Untuk mengetahui bagaimana sistem boarding school yag ditetapkan di MA Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta
2)      Untuk mengetahui bagaimana implementasi pembelajaran bahasa Arab dala sistem boarding school siswa MA Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta
3)      Untuk mengetahui bagaimana dampak pembelajaran bahasa Arab dalam sistem boarding school terhadap prestsi siswa MA Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta.
e.       Kesimpulan
            Melalui metode pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi, peneliti menyimpulkan bahwa :
1)      Sistem boarding school di MA Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta yaitu siswa yang sekolah di MA Nurul Ummah harus tinggal di Asrama dan mengikuti semua kegiatan yang sudah disusun rapi oleh pembina dan pengurus Asrama yang telah disepakati bersama. Bagi siswa yang sekolah di MA Nurul Ummah akan tetapi siswa tidak tinggal di Asrama, maka siswa harus tinggal tidak jauh dari Asrama dan mematuhi peraturan yang ada di Asrama seperti halnya siswa yang tinggal di Asrama. Aktivitas pendidikan sistem boarding school di MA Nurul Ummah berlangsung selama 24 jam setiap hari, dengan jadwal yang terprogram secara konkret dan jelas dari waktu ke waktu.
2)      Implementasi pembelajaran bahasa Arab dengan sistem boarding school MA Nurul Ummah dilaksanakan dengan menyamakan tujuan pembelajaran bahasa Arab yang ada di Madrasah dan di Asrama. Tujuan tersebut yaitu agar siswa dapat membaca, menulis, berbicara, mendengar/menyimak, menerjemahkan, dan mempraktikan NahwuShorof.
3)      Dampak pembelajaran bahasa Arab dengan sistem boarding school terhadap prestasi siswa di Madrasah Aliyah Nurul Ummah dapat diketahui dengan hasil belajar siswa yang meliputi: Hasil nilai UTS dan UAS, yaitu dengan nilai rata-rata siswa 80. Dari hasil dokumentasi tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran bahasa Arab siswa MA Nurul Ummah mencapai nilai standar KKM, yaitu 75. Oleh karena itu, dengan adanya sistem boarding school, berdampak positif terhadap prestasi belajar bahasa Arab siswa.

4.      Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Studi Kasus
a.       Kelebihan
1)   Fleksibilitas
                    Pendekatan studi kasus biasanya lebih fleksibel karena disainnya memang ditujukan untuk mengeksplorasi suatu permasalahan. Berbeda dengan pendekatan yang didisain dengan keinginan untuk menguji suatu teori atau hipotesa, dengan sifat eksploratif studi kasus, memungkinkan si peneliti untuk lebih fleksibel menyesuaikan arah penelitiannya sesuai dengan perkembangan kegiatan penelitiannya. Tambahan pula, karena formatnya yang lebih longgar, hal ini memungkinkan peneliti untuk memulai penelitiannya dengan issu-issu atau pertanyaan umum kemudian mengerucut kepada persoalan-persoalan khusus bersamaan dengan perjalanan pelaksanaan penelitiannya itu sendiri.
2)   Penekanan pada pemahaman konteks.
                    Usaha mencari tahu melalui studi kasus pendalaman pemahaman mengenai persoalan atau kelompok orang tertentu. Ini mengarahkan pada terkumpulkanya informasi yang rinci atau detail tentang persoalan atau kelompok orang yang menjadi focus kajian. Luaran dari studi seperti ini adalah apa yang disebut thick description yakni deskripsi mendalam tentang suatu persoalan atau kelompok orang dan segala konteks terkait permasalahan atau kelompok orang tersebut.
b.      Kekurangan
1)      Studi kasus seringkali dipandang kurang ilmiah atau pseudo-scientific karena pengukurannya bersifat subjectif atau tidak bisa dikuantifisir. Dalam hal ini, kritik ini juga mempertanyakan validitas dari hasil penelitian studi kasus.
2)      Karena masalah interpretasi subjektif pada pengumpulan dan analisa data studi kasus, maka mengerjakan pekerjaan ini relative lebih sulit dari penelitian kuantitatif.
3)      Masalah generalisasi. Karena skupa penelitian baik issu maupun jumlah orang yang menjadi target kajian studi kasus sangat kecil, kemampuan generalisasi dari temuan pada studi kasus adalah rendah.
4)      Karena lebih bersifat deskriftif, studi kasus juga dianggap kurang memberi sumbangan pada persoalan-persoalan praktis mengatasi suatu masalah.
5)      Biaya penyelenggaraan yang relative mahal. Karena kedalaman ibformasi yang digali pada studi kasus, maka luangan waktu dan fikiran untuk mengerjakan studi kasus jauh lebih banyak daripada studi dengan skala yang besar, tetapi hanya melingkupi data yang terbatas. Untuk hal ini, sebagian orang menganggap bahwa studi kasus lebih mahal dari pada penelitian-penelitian kuantitatif.[11]
Penutup
            Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan baha metodologi penelitian studi kasus sangat perlu dan penting untuk didalami oleh peneliti, agar mereka mampu menerapkannya dalam penelitian kualitatif sebagai salah satu cara yang tepat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan memberikan informasi baru kepada masyarakat. Dengan demikian, ketika menerapkan metode peneltian studi kasus, peneliti sebaiknya benar-benar paham konsep dan  prosedurnya dengan tepat.     
       
Daftar Pustaka
Anifah, Titi, Pembelajaran Bahasa Arab dalam Sistem Boarding School: Studi Kasus di MA Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta, digilib.uin-suka.ac.id, diakses pada 10 April 2019.
Endraswara,  Suwardi, 2012,  Metodologi Penelitian Kebudayaan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hariwijaya, M, 2017, Metodologi dan Penulisan Skripsi, Tesis dan Desertasi untuk Ilmu Sosial dan Humaniora, Yogyakarta: Parama Ilmu, 2017.
Hornby, AS, 1989, Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English, Oxford: Oxford University Press.
K.Yin, Robert,  2000, Studi Kasus: Desain dan Metode, New Delhi: Stage Publications.
Mulyana, 2001, Metodologi Penelitian Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.
Rahardjo, Mudjia, Studi Kasus dalam Penelitian Kualitatif, http://core.ac.uk , diakses pada 10 April 2019.
Unknown, Kekuatan dan Kelemahan Studi Kasus, http://adhyelthechangemaker.blogspot.com/2013/06/kekuatan-dan-kelemahan-studi-kasus.html, diakses pada 10 April 2019




[1]Auliya Akbar Rahmatullah adalah mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
[2]Zaimatuz Zakiyah adalah mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
[3]AS. Hornby, Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English, (Oxford: Oxford University Press: 1989), hlm 173)
[4]Prof. Dr. Robert K.Yin, Studi Kasus: Desain dan Metode, (New Delhi: Stage Publications, 2000), hlm 18.
[5]Mulyana, Metodologi Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm 201.
                [6]M.Hariwijaya, Metodologi dan Penulisan Skripsi, Tesis dan Desertasi untuk Ilmu Sosial dan Humaniora, (Yogyakarta: Parama Ilmu, 2017), hlm 90.
[7]Ibid, hlm 91-92.
                [8]Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012), hlm 78. 
                [9]Mudijia Rahardjo, M,Si, Studi Kasus dalam Penelitian Kualitatif, http://core.ac.uk , diakses pada 10 April 2019.
                [10]Titi Anifah, Pembelajaran Bahasa Arab dalam Sistem Boarding School: Studi Kasus di MA Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta, digilib.uin-suka.ac.id, diakses pada 10 April 2019.
                [11] Unknown, Kekuatan dan Kelemahan Studi Kasus, http://adhyelthechangemaker.blogspot.com/2013/06/kekuatan-dan-kelemahan-studi-kasus.html, diakses pada 10 April 2019